Laporan Penggunaan Aplikasi Sosiometri dalam Layanan Konseling Kelompok
untuk Mengentaskan Permasalahan Hubungan Sosial
Daniel Yudha Kumoro
Guru BK SMKN 3 Buduran Sidoarjo
Berdasarkan
Peraturan Men PAN No. 84
tahun 1993, seorang guru Bimbingan Konseling memiliki tugas
untuk menyusun program bimbingan, melaksanakan program
bimbingan, mengevaluasi pelaksanaan program bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan terhadap
peserta didik.
Salah
satu layanan yang dilakukan guru BK adalah layanan konseling kelompok.
Konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok (Prayitno dalam Vitalis,
2008).
Untuk
mengetahui permasalahan yang sedang terjadi dalam kelompok/kelas tentunya
seorang guru BK harus dapat menggunakan teknik need assesment atau menggali permasalahan. Salah satu teknik need assesment yang sering digunakan
adalah sosiometri. Menurut Tohirin (2007)
sosiometri merupakan “alat (instrumen) untuk mengumpulkan data tentang
hubungan-hubungan sosial dan tingkah laku sosial siswa”.
Dengan sosiometri, seorang guru BK dapat
mengetahui siswa-siswa yang memiliki permasalahan dalam berhubungan sosial. Ini
tentunya akan memudahkan guru BK dalam mengentaskan masalah siswa tersebut.
Ketidakmampuan siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial akan berdampak
dalam proses belajarnya. Siswa yang tidak mampu bekerja sama dalam kelompok
akan menghambat proses belajar dirinya maupun kelompoknya selama menempuh
pendidikan di sekolah tersebut. Oleh karena itulah penggunaan aplikasi
sosiometri dalam layanan konseling kelompok yang dilakukan oleh guru BK dalam
mengentaskan permasalahan dalam berhubungan sosial sangatlah penting.
Penulis telah menerapkan hal ini di sekolah dalam
beberapa tahun terakhir. Bahkan aplikasi sosiometri yang digunakan sudah dalam
bentuk online. Berikut adalah laporan penggunaan aplikasi sosiometri dalam
layanan konseling kelompok yang telah dilakukan oleh guru BK pada siswa siswa
kelas X Teknik Perkapalan di SMKN 3 Buduran tahun 2017.
Pada bulan Januari 2017 yaitu awal semester genap,
angket sosiometri dibagikan kepada seluruh peserta didik kelas X (10 jurusan,
14 rombel, 512 siswa). Tentunya diberikan penjelasan singkat tentang sosiometri
pada siswa-siswa sebelum mengisi angket. Angket sosiometri yang digunakan
adalah tipe normatif (Morena, 1930), dimana setiap siswa menuliskan nama teman
yang disenangi untuk melakukan aktivitas tertentu. Dalam angket tersebut siswa
diminta menuliskan dua nama temannya beserta alasannya. Lihat Gambar 1.
Gambar
1
Angket
Sosiometri
|
Setelah seluruh angket terkumpul dan diverifikasi
kelengkapannya. Maka data diolah dengan aplikasi sosiometri online dengan
menggunakan laman dengan alamat sosiometri.shidec.com/sosiometri.
Layanan sosiometri online atau dalam jaringan ini
berbasis web. Meskipun demikian tersedia juga dalam bentuk offline atau diluar
jaringan yang bisa diunduh pemakainya.
Dari keseluruhan proses pengerjaan sosiometri ini
diperoleh hasil-hasil sebagai berikut.
Di tiap-tiap kelas memiliki beberapa siswa yang mengalami
keterasingan dalam kelompok. Artinya siswa tersebut memiliki kemampuan
beradaptasi yang masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan dari tidak adanya
siswa satupun yang memilih namanya dalam angket sosiometri. Sehingga hal ini
dimunculkan dalam tab Tabulasi Indeks Pemilihan pada aplikasi sosiometri
tersebut.
Contoh pada kelas X TPTU terdapat 8
siswa yang tidak dipilih oleh 35
teman-temannya. Lihat Tabel 1.
Tabel 1
Indeks Pemilihan Kelas X TPTU
No.
|
Nama
|
Nilai
|
02
|
A. S.
|
0 / 35 = 0
|
07
|
A. B. F. T.
|
0 / 35 = 0
|
11
|
A. S. F.
|
0 / 35 = 0
|
19
|
I. B. A. P.
|
0 / 35 = 0
|
20
|
L. Y. J.
|
0 / 35 = 0
|
22
|
M. A. A.
|
0 / 35 = 0
|
26
|
M. V. A. A.
|
0 / 35 = 0
|
35
|
S. F. D. P.
|
0 / 35 = 0
|
Akhirnya, siswa-siswa
tersebut dalam Sosiogram dapat dilihat posisinya berada pada lingkaran terluar.
Lihat Gambar 2.
Gambar 2
Sosiogram Kelas X TPTU
Demikian seterusnya. Sehingga per kelas didapat
prosentase siswa yang mengalami keterasingan sebagai berikut. Lihat Tabel 2.
Tabel 2
Jumlah Siswa yang Mengalami Keterasingan per Kelas
No
|
Kelas
|
Jumlah
Siswa
|
Jumlah Siswa
yang Mengalami Keterasingan
|
Prosentase
|
1
|
X TPTU
|
35
|
8
|
22.85
|
2
|
X TPM
|
36
|
6
|
16.66
|
3
|
X TKR 1
|
36
|
13
|
36.11
|
4
|
X TKR 2
|
35
|
10
|
28.57
|
5
|
X TKKB 1
|
35
|
4
|
11.42
|
6
|
X TKKB 2
|
34
|
10
|
29.41
|
7
|
X TIPK
|
35
|
5
|
14.28
|
8
|
X TPK
|
36
|
8
|
22.22
|
9
|
X KK
|
35
|
4
|
11.42
|
10
|
X TGRBK 1
|
35
|
5
|
14.28
|
11
|
X TGRBK 2
|
35
|
8
|
22.85
|
12
|
X IK
|
34
|
7
|
20.58
|
13
|
X TKJ 1
|
38
|
11
|
28.94
|
14
|
X TKJ 2
|
39
|
9
|
23.07
|
Setelah diketahui data semua siswa yang mengalami
keterasingan dalam kelompok, guru BK mulai membuat Satuan Layanan Konseling
Kelompok sebagai rencana pemberian konseling kelompok pada siswa-siswa
tersebut. Lihat Gambar 3.
Gambar 3
Satuan Layanan Konseling Kelompok
|
||||
|
S
Setelah proses konseling kelompok dilakukan, konselor
membagikan angket evaluasi hasil konseling kelompok seperti berikut. Lihat
Gambar 4.
Gambar 4
|
Angket Evaluasi Konseling Kelompok
Dari pengolahan angket evaluasi konseling kelompok
diperoleh data-data sebagai berikut:
Pikiran/perasaan konseli sebelum kegiatan konseling
kelompok dapat dilihat dalam Tabel 3
berikut.
Tabel 3
Pikiran/perasaan Konseli sebelum Konseling Kelompok
No
|
Pikiran/perasaan
|
Jumlah
|
1
|
Terkejut
|
16
|
2
|
Takut
|
36
|
3
|
Bingung
|
14
|
4
|
Biasa saja
|
14
|
5
|
Penasaran
|
11
|
6
|
Bahagia
|
1
|
Pikiran/Perasaan konseli sesudah kegiatan konseling
kelompok dapat dilihat dalam Tabel 4
berikut.
Tabel 4
Pikiran/perasaan Konseli sesudah Konseling Kelompok
No
|
Pikiran/perasaan
|
Jumlah
|
1
|
Lega
|
50
|
2
|
Paham
|
40
|
3
|
Sama saja
|
2
|
Pernyataan konseli
apakah kegiatan konseling kelompok ini menyelesaikan masalahanya atau tidak
dapat dilihat dalam Tabel 5.
Tabel 5
Pernyataan Konseli Apakah Kegiatan Konseling Kelompok
ini Berguna
No
|
Berguna
|
Jumlah
|
1
|
Ya
|
89
|
2
|
Tidak
|
3
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar