Senin, 25 Mei 2020

Hari besar ke tiga

Selamat hari raya idul fitri.
Taqabalallahuminnawaminkum.

Semoga Allah menerima amal ibadah kita.
Dan masih bisa dipertemukan kembali di Ramadhan tahun depan. Aamiin.

Hampir 3 hari lebih tidak posting blog. Tidak menulis.
Dengan alasan yang kami buat² sendiri:

1. Malam takbiran kami sibuk membagikan beras 18kg di gading fajar.
Areal yang di PSBB.
Kebayang macetnya bagaimana.
Tangan kanan pegang handle gas. Tangan kiri memegang ikat karung beras supaya tak terlepas. Sedangkan paha kiri menahannya agar tidak ambruk ke kiri. Setengah perjalanan karung ini bawaannya ngantuk aja. Ingin melantai di aspal.

Karena sejak selepas sholat isya, kami bertiga berangkat berboncengan. Saya, anak, istri, dan karung berisi 18kg beras.
Ini kali pertama kami membawa beras sebanyak itu. Ini kali pertama anak dan istri ikut. Ini kali pertama pula membagikan beras di areal baru.
Ya, taman pinang. Atau lebih dikenal dengan gading fajar.
Kami tak ingin membahas bagaimana tampilan, latar belakang, atau niatan orang² yang langsung menyerbu beras yang kami bawa.
Padahal tahun kemarin sudah ada pengalaman. Kami parkir dulu motor kami di tempat tersembunyi.
Karena kalau langsung berhenti di depan orang yang minta minta, langsung diserbu teman temannya.
Tapi ya tetap saja kami diserbu.
Hanya pindah 2 x tempat, beras kami sudah habis.
Untung saja istri bisa memilih mana pengemis yang benar² sudah tua secara fisik terlihat.
Beda dengan saya, seorang suami yang terlalu loyal dengan siapa saja langsung dikasih.

2. Ketika pulang
sesampainya di garasi, tiba-tiba kaki kiri seperti tidak bisa dipakai jalan.
langsung rebus air panas.
ini resep orang-orang tua terdahulu.
ketika sudah matang, dicampur garam dan serbuk daun bidara.
ini didapat dari seorang praktisi ruqyah.

silahkan celupkan kaki ke dalam ember berisi air panas yang sudah ditambah 15 gayung air dingin.
waw kalau kuat boleh 15-30 menit.

tapi sesudah itu, alhamdulillah. kaki terasa enteng dan nggak sakit lagi.

3. hari raya idul fitri
sesusai seruan pemerintah, kami sholat idul fitri di rumah.
setelah itu menemui mertua di gang sebelah.
enak kan dekat. nggak perlu mudik.
setalah makan roti canai dan gulai plus emping dan krupuk rambak juga kacang,
dessertnya adalah es buah.
kami berpamitan ke rumah orangtua di dekat surabaya.

tetap saja di jalan kami kena check point.
padahal ya kami belok ke kiri tetap dalam satu kota.
kecuali kalau kami lurus saja masuk ke dalam kota.
kami hanya dilihat ktp nya suami istri.
dilihat wajahnya dan ditermo.

sudah kami lolos.

sesampainya di rumah orangtua. kami bersalaman dan berfoto bersama.
tingkah laku kami seperti sebuah keluarga yang hanya baru bisa bertemu setahun sekali di hari raya.
padahal kami satu kota.
dan hanya menjalani lockdown mandiri selama hampir 3 bulan sejak maret.

setelah itu kami diajak untuk menziarahi kubur ayah kandung kami.

menginjak dzuhur kami berpamitan.
panas matahari siang sangat menyengat.
**

sementara itu dulu.
tulisan ini akan disambung lagi nanti.
anak sudah menunggu untuk setor hafalan surat al mujadilah.


2 komentar:

  1. Lebaran yang beda dan mengesankan karena aktivitas besar aktivitas di rumah aja.

    BalasHapus