Sabtu, 09 Mei 2020

Resume Kegiatan Belajar Menulis Gelombang X (Hari ke-7): Menulis dalam Kesibukan


Resume Kegiatan Belajar Menulis Gelombang X (Hari ke-7)

Hari/Tanggal:              Selasa, 05 Mei 2020
Waktu:                                    13.00 - 15.00 WIB
Media:                         WAG Belajar Menulis Gel. X
Nara Sumber:              Much. Khoiri              
Materi:                         Menulis dalam Kesibukan
Moderator:                  Wijaya Kusumah, M.Pd

khoiriProfil Pemateri
Lahir di Desa Bacem, Madiun 24 Maret 1965, Much. Khoiri kini menjadi dosen dan penulis buku dari FBS Universitas Negeri Surabaya (Unesa), trainer, editor, penggerak literasi. Alumnus International Writing Program di University of Iowa (1993) dan Summer Institute in American Studies di Chinese University of Hong Kong (1996) ini  trainer untuk berbagai pelatihan motivasi dan literasi.
Masuk dalam buku 50 Tokoh Inspiratif Alumni Unesa (2014). Pernah menjadi Redaktur Pelaksana jurnal kebudayaan Kalimas dan penasihat jurnal berbahasa Inggris Emerald. Pernah menjadi redaktur Jurnal Sastra dan Seni. Selain menghidupkan beberapa komunitas penulis, ia juga pernah mengomandani Ngaji Sastra di Pusat Bahasa Unesa bersama para sastrawan. Karya-karyanya (fiksi dan nonfiksi) pernah dimuat di berbagai media cetak, jurnal, dan onlinebaik dalam dan luar negeri.
Telah menerbitkan 42 judul buku tentang budaya, sastra, dan menulis kreatif baik mandiri maupun antologi. Buku larisnya antara lain: Jejak Budaya Meretas Peradaban (2014), Rahasia TOP Menulis (2014), Pagi Pegawai Petang Pengarang (2015), Much. Khoiri dalam 38 Wacana (2016), kumpuis Gerbang Kata (2016), Bukan Jejak Budaya (2016), Mata Kata: Dari Literasi Diri (2017),  Write or Die: Jangan Mati sebelum Menulis Buku (2017), Virus Emcho: Berbagi Epidemi Inspirasi (2017), Writing Is Selling (2018), Praktik Literasi Guru Penulis Bojonegoro (2020), Virus Emcho: Melintas Batas Ruang Waktu (2020), dan SOS Sapa Ora Sibuk: Menulis dalam Kesibukan (2020).
Sekarang dia sedang menyiapkan naskah buku tentang menulis, budaya, literasi, dan karya sastra (puisi dan cerpen). Dia cukup aktif menulis di muchkhoiriunesa.blogspot.com;  www.kompasiana.com/much-khoiri; muchkhoiri.gurusiana.id.; jalindo.net; dan sahabatpenakita.id. Instagram: @much.khoiri dan @emcho_bookstore. Email: muchkhoiriunesa@gmail.com dan muchkoiri@unesa.ac.id  HP/WA: 081331450689. Facebook: Much Khoiri-90.

Makhluk Paling Hina
Di sebuah pondok pesantren, terdapat seorang santri yang tengah menuntut ilmu pada seorang Kyai. Sudah bertahun-tahun lamanya si santri belajar. Hingga tibalah saat dimana dia akan diperbolehkan pulang untuk mengabdi kepada masyarakat.
Sebelum kang Santri pulang, Kyai memberinya sebuah ujian padanya.
Pak Kyai kemudian berkata pada Kang santri.
“Sebelum kamu pulang, dalam tiga hari ini, aku ingin meminta kamu mencarikan seorang ataupun makhluk yang lebih hina dan buruk dari kamu, “ujar sang Kyai.
“Tiga hari itu terlalu lama Kyai, hari ini aku bisa menemukan banyak orang atau makhluk yang lebih buruk daripada saya,”jawab Santri penuh percaya diri.
Sang Kyai tersenyum seraya mempersilakan muridnya membawa seorang ataupun makhluk itu kehadapannya. Santri keluar dari ruangan Kyai dengan semangat, karena menganggap begitu mudah ujian itu. Hari itu juga, si Santri berjalan menyusuri jalanan,Di tengah jalan, dia menemukan seorang pemabuk berat. Menurut pemilik warung yang dijumpainya, orang tersebut selalu mabuk-mabukan setiap hari. Pikiran si Santri sedikit tenang, dalam hatinya dia berkata, Pasti dia orang yang lebih buruk dariku, setiap hari dia habiskan hanya untuk mabuk-mabukan, sementara aku selalu rajin beribadah.”
Dalam perjalanan pulang Si santri kembali berpikir, Kayaknya si pemabuk itu belum tentu lebih buruk dari aku , sekarang dia mabuk-mabukan tapi siapa yang tahu di akhir hayatnya Allah justru mendatangkan hidayah hingga dia bisa khusnul Khotimah, sedangkan aku yang sekarang rajin ibadah, kalau diakhir hayatku, Allah justru menghendaki Suúl Khotimah, bagaimana? “berarti pemabuk itu belum tentu lebih jelek dari aku”, ujarnya bimbang.
Kang Santri kemudian kembali melanjutkan perjalanannya mencari orang atau makhluk yang lebih buruk darinya. Di tengah perjalanan, dia menemukan seekor anjing yang menjijikkan karena selain bulunya kusut dan bau, anjing tersebut juga menderita kudisan.
“Akhirnya ketemu juga makhluk yang lebih jelek dari aku, anjing tidak hanya haram, tapi juga kudisan dan menjijikkan”, teriak santri dengan girang.
Dengan menggunakan karung beras, si Santri membungkus anjing tersebut hendak dibawa ke Pesantren, Namun ditengah jalan , tiba-tiba dia kembali berpikir, Anjing ini memang buruk rupa dan kudisan, namun benarkah dia lebih buruk dari aku?”
Oh tidak, kalau anjing ini meninggal, maka dia tidak akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dilakukannya di dunia, sedangkan aku harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan selama di dunia dan bisa jadi aku akan masuk ke neraka
Akhirnya si santri menyadari bahwa dirinya belum tentu lebih baik dari anjing tersebut. Hari semakin sore, Kang Santri msih mencoba kembali mencari orang atau makluk yang lebih jelek darinya. Namun hingga malam tiba, dia tak jua menemukannya. Lama sekali dia berpikir, hingga akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke Pesantren dan menemui sang Kyai.
“Bagaimana anakku, apakah kamu sudah menemukannya?”, tanya sang Kyai.
“Sudah, Kyai”, jawabnya seraya tertunduk.
“Ternyata di antara orang atau makluk yang menurut saya sangat buruk, saya tetap paling buruk dari mereka”, ujarnya perlahan.
Mendengar jawaban sang murid, kyai tersenyum lega, Alhamdulillah.. kamu dinyatakan lulus dari pondok pesantren ini, anakku”, ujar Kyai terharu.
Kemudian Kyai berkata, “Selama kita hidup di dunia, jangan pernah bersikap sombong dan merasa lebih baik atau mulia dari orang ataupun makhluk lain. Kita tidak pernah tahu, bagaimana akhir hidup yang akan kita jalani. Bisa jadi sekarang kita baik dan mulia, tapi di akhir hayat justru menjadi makhluk yang seburuk-buruknya. Bisa jadi pula sekarang kita beriman, tapi di akhir hayat, setan berhasil memalingkan wajah kita hingga melupakan-Nya.
Rasulullah bersabda, “Tidak akan masuk kedalam surga orang yang di hatinya ada kesombongan meskipun sebesar biji sawi (HR.Muslim no 91).
Semoga sedikit ilmu yang dititipkan Allah Subhana Ta’ala di hati kita tidak menjadikan kita sombong dalam segala urusan. Dan semoga di sisa umur yang Allah berikan dapat kita pergunakan sebaik-baiknya untuk memperbanyak amal soleh dan bukan hanya di sibukan dengan urusan duniawi belaka dan semoga kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat….. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
Yaa Allah Muliakanlah orang yang membaca dan membagikan status ini. Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid. Lapangkanlah hatinya. Bahagiakanlah keluarganya. Luaskan rezekinya seluas lautan. Mudahkan segala urusannya. Kabulkan cita-citanya. Jauhkan dari segala musibah. Jauhkan dari segala penyakit, fitnah, prasangka keji, berkata kasar dan mungkar. Dan dekatkanlah jodohnya untuk orang yang membaca dan membagikan status ini. Aamiin ya Rabbal’alamin.
Semoga yang berkomentar “aamiin dijauhkan dari segala penyakit, diberi sehat wal’afiat, rezekinya melimpah ruah, dan keluarganya bahagia. Dan bisa masuk surga melalui pintu mana saja. Aamiin ya Rabbal’alamiin.. Salam Blogger Persahabatan. Omjay, Guru Blogger Indonesia. http://wijayalabs.com

Ditulis kembali oleh:   Daniel Yudha Kumoro
Blog:                           perahukonseling.blogspot.com
Guru:                          Bimbingan & Konseling
Instansi:                       SMKN 3 Buduran, Sidoarjo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar